27 September 2010

Kunci Keberhasilan Korea Selatan



Hari ini FIANZONER tertarik posting tentang keberhasilan suatu negara...Artikel ini FIANZONER baca ginseng-cafe. Semoga bermanfaat dan menjadi contoh baik untuk negara Indonesia, khususnya untuk menyadarkan masyarakat kita.

Kenal Korea Selatan ?
Mungkin tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Korea Selatan adalah salah satu 
negara yang paling berhasil di dunia, baik itu dari segi ekonomi,
sosial dan budaya, potitik, pertahanan maupun iptek.
Negara yang pernah hancur akibat penjajahan Jepang dan perang saudara ini (perang
Korea), secara menakjubkan dapat bangkit menjadi negara teknologi dan
perekonomian kelas utama dunia. Padahal kalau ditinjau dari segi
kekayaan alam Korea Selatan adalah negara "miskin", yang tidak memiliki
minyak bumi, hasil tambang, ataupun hasil hutan yang dapat diandalkan.


Sekarang pertanyaannya, mengapa Korea Selatan dapat meraih keberhasilan seperti itu ?
Sebenarnya cukup banyak jawabannya namun yang paling utama adalah rasa kebangsaan
yang tinggi, rasa senasib dan sepenanggungan sesama warga negara,
disiplin, kerja keras, serta kejujuran. Dari pengamatan dan pengalaman
saya selama lebih 2 tahun tinggal di Korea Selatan (Seoul), saya
menemukan bahwa keenam poin diatas merupakan "kunci utama" keberhasilan
bangsa Korea Selatan.


Rasa Kebangsaan yang tinggi :


Masyarakat
Korea Selatan adalah orang-orang yang memiliki rasa kebangsaan yang

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan mereka sehari-hari baik di
negaranya sendiri maupun dinegara orang.
1. Bahasa.
Warga Korea akan selalu menggunakan bahasa ibu mereka dimanapun mereka berada.
Mungkin jumlah orang dan kemampuan berbahasa asing , terutama bahasa
Inggris warga Korea Selatan memang masih lebih rendah dari warga
Indonesia (menurut hasil penelitian yang pernah diterbitkan). Namun ini
tidak berarti bahwa mereka "tidak mampu". Hal lebih dikarenakan oleh
rasa kebangsaan mereka yang kuat, dimana ada suatu keinginan bahwa
orang lainlah yang mempelajari bahwa mereka. Memang rasa kebangsaan
yang berlebihan dapat menyebabkan "ketertutupan" atau "antipati" atau
bahkan kecurigaan" terhadap orang lain.


2. Produk
Cinta produk dalam negeri. Warga Korea sangat membanggakan produk mereka.
Hampir semua produk yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat
sudah dapat dipastikan adalah produk Korea. Apakah produk asing ada ?
Ya, ada. Produk Eropa atau Amerika harganya sangat mahal, sementara
produk Cina dipandang kalah bersaing dengan produk dalam negeri. Nah,
"proteksi perdagangan" juga menjadi salah satu "penyebab" rasa cinta
produk dalam negeri ini. Produk dari Amerika atau Eropa biasanya
dikenakan pajak yang tinggi. Maka jangan heran, jika mobil atau produk
lainnya dari Amerika atau Eropa lebih mudah ditemukan di Jakarta.
Bagaimana dengan warga Korea Selatan yang tinggal di luar negeri.
Mereka juga akan berusaha menggunakan produk dalam negeri mereka.


Partisipasi
media Korea Selatan dalam mempromosikan produk dalam negeri juga
memberi dampak positif pada peningkatan cinta produk Korea.


Rasa senasib sepenanggungan :


Hal ini dapat dilihat dari sifat tolong-menolong sesama warga yang sudah berlangsung dari dulu.


Pada saat krisis moneter tahun 1997 lalu, pemerintah dan rakyat bahu-membahu
untuk mengatasi krisis yang melanda Korea saat itu. Masyarakat secara
sukarela mengumpulkan emas milik mereka untuk digunakan mengatasi
krisis. Untuk tahun ini, krisis keuangan global 2008, masih
dipertanyakan, karena nampaknya pemerintah masih mampu mengatasinya.


Menjelang musim dingin ada yang disebut Kimjang, yaitu kegiatan untuk membuat
kimchi sebagai persedian untuk selama musim dingin. Nah, biasa
pemerintah atau lembaga-lembaga sosial akan mengadakan acara Kimjang
secara besar-besaran, dimana hasilnya akan disumbangkan kepada keluarga
yang kurang beruntung, atau lansia yang tinggal sendirian.


Tentunya masih ada contoh-contoh lainnya.


Namun, apa semua orang Korea memiliki jiwa sosial yang tinggi ? Jawabnya, tidak juga !


Katakan untuk urusan pengemis, disini nampaknya sulit bagi seseorang untuk
memberikan uang buat pengemis. Nilai uang yang dicari dengan hasil
keringat sendiri cukup besar bagi seorang warga Korea, sehingga sulit
untuk mengeluarkannya tanpa "alasan yang jelas".


Disiplin:


Warga Korea Selatan juga dikenal sebagai masyarakat yang memiliki disiplin
yang tinggi (memang tidak semuanya). Hal ini cukup dapat terlihat jelas
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya jam masuk dan keluar kantor tepat
waktu (alasan macet akibat hujan, banjir dll, tidak diterima)
naik-turun bus selalu dihalte, menyeberang ditempat penyeberangan,
tidak menerobos lampu merah, membuang sampah ditempatnya, dll.


Apa semuanya disiplin ? Tidak ! Tapi kalau kita buat perbandingan dengan di
negara sendiri, mungkin sangat-sangat jauh sekali perbedaannya. Mungkin
bisa dikatakan, di Korea perbandingan antara yang disiplin dengan tidak
adalah 7:3, sementara kalau di Indonesia adalah sebaliknya 3:7.


Kerja Keras :
Keinginan

untuk keluar dari penderitaan, maju bahkan menjadi negara kelas atas
dunia menjadikan warga Korea menjadi masyarakat pekerja keras. Coba
bayangkan, negara yang pernah dijajah Jepang serta mengalami kehancuran
akibat perang saudara ini dapat bangkit menjadi negara dengan kekuatan
ekonomi dan teknologi yang diakui di dunia. Semua ini dicapai tentunya
dengan kerja keras. Korea Selatan sebagai negara pengimpor minyak dan
sumber alamnya lainnya, mampu mencapai GNP 20.000 dolar. Bandingkan
dengan negara kita, yang kekayaan alamnya sangat melimpah.


Kerja keras juga yang dapat menjadikan Korea Selatan menjadi negara teknologi
yang produknya tentu sudah masuk kedalam rumah anda.


Disini, kerja keras=hidup, mau hidup, harus kerja, (ngamen tidak dianggap sebagai pekerjaan).


Makanya untuk dapat hidup, karena tidak kuat bersaing lagi, orang yang sudah
tua ada yang menjadi pengumpul koran atau kardus bekas (pemulung).


Artinya, disini juga banyak orang yang menjadi pemulung atau gelandangan yang
tidur distasiun kereta bawah tanah. Namun sekali lagi kalau
dihitung-hitung, jumlah mereka nggak sampai sebanyak yang tinggal
dipinggir rel kereta Senen kali ....


Kejujuran :


Korea Selatan juga termasuk dalam kelompok negara dengan tingkat kejujuran yang tinggi.


Dari hasil sebuah penelitian ditemukan bahwa, dari 10 ponsel yang sengaja
ditinggalkan di bus, kereta atau tempat-tempat umum lainnya, 8 buah
dikembalikan. Kalau penelitian ini di lakukan di Indonesia terutama
kota-kota besarnya saya kurang yakin apakah akan ada ponsel yang akan
dikembalikan. Maaf iya ! Ini sudah menjadi kenyataan. Mungki anda juga
pernah mengalami. Ponsel yang tersimpan rapi dalam tas-pun bisa raib,
apalagi sengaja ditinggalkan begitu saja.


Kembali lagi apakah semuanya jujur ? Ya.. tidaklah ! Tapi perbandingannya, seperti yang saya gambarkan diatas itu tadi.

0 comments:

Posting Komentar

Untuk mendukung FIANZONER jangan lupa klik SATU IKLAN saja ya...FIANZONER ucapkan terima kasih atas komentar dan kunjungan Agan :)