Just Cause 2
Jakarta - Just Cause merupakan sebuah game aksi dengan konsep cerita mengagumkan yang diluncurkan pada tahun 2006 silam. Namun sayang, game yang mengambil tempat di hutan tropis itu gagal memenuhi harapan para gamer. Alhasil, game tersebut hanya menjadi sebuah momokan belaka.
Setelah hampir 4 tahun kemunculan seri pertamanya, Eidos kini merilis sekuel terbaru dari game tersebut bertajuk Just Cause 2. Karena masih berbasis seri terdahulu, sang jagoan Rico Rodriguez pun kembali dihadirkan dalam game ini.
Alih-alih kembali beraksi pada tempat terdahulu, Eidos malah membawa Rico untuk berlaga di sebuah pulau fiksi bernuansa tropis bernama Panau. Karena terletak di kawasan Asia Tenggara, maka penamaan beberapa tempat dalam game ini pun menggunakan bahasa Melayu.
Tugas Baru dengan Aksi Berlebihan
Sebuah tugas baru akan dilakoni oleh sang jagoan, Rico Rodriguez, yakni bekerja untuk sebuah agensi rahasia asal Amerika bernama The Agency. Tugas utama sang jagoan dimulai dengan misi untuk menemukan salah satu tokoh bernama Tom Sheldon, yakni sahabat terdekat Rico yang hilang dalam sebuah tugas di pulau Panau.
Nah aksi Rico dalam dalam game ini memang tergolong seru, namun malah jadi terkesan berlebihan. Pasalnya, pemain akan berlaga bagai super hero yang memiliki segudang kemampuan luar biasa.
Sepanjang permainan, Rico bakal selalu membawa 'senjata' utamanya berupa grappling hook dan parasut yang sangat fungsional. Dikatakan fungsional karena senjata tersebut dapat digunakan untuk beragam keperluan.
Grappling hook misalnya, tidak hanya dapat digunakan sebagai alat pemanjat dinding namun juga bisa untuk menjatuhkan lawan ataupun sebagai alat melarikan diri.
Fungsi ini pun yang akhirnya membuat game ini terlalu berlebihan dan menjadikannya terlihat mudah untuk dimainkan. Jangkauan Grappling hook yang terbilang sangat jauh, membuat pemain dapat dengan mudah melarikan diri.
Kian Menarik Karena Berbahasa Melayu
Mungkin salah satu aspek yang membuat game ini kian seru adalah penggunaan bahasa Melayu. Pemain sesekali bakal menjumpai nama tempat yang menggunakan bahasa Melayu seperti, Kampung Hutan Hijau ataupun bahasa campuran seperti Awan Cendawan Power Plan.
Meski aksi dalam game ini masih terbilang biasa, namun penggunaan bahasa yang sedemikian akrab dengan gamer Indonesia membuat game ini memiliki nilai lebih. Terlebih lagi aksi dalam game ini terbilang cukup seru dan bervariatif.
Meski tak dipungkiri aksi dalam game ini tergolong berlebihan, namun tidak dipungkiri semua aspek tersebut juga cukup mengibur. Sebagai contoh penyelesaian misi dengan berbagai cara, di sini game tidak diwajibkan menggunakan jalan yang ditempuh untuk menyelesaikan sebuah misi.
Pemain dapat dengan bebas berkreasi dengan memilih caranya sendiri untuk menyelesaikan misi. Maklum, game ini memang bersifat Open-World atau dengan kata lain, gamer bebas berkelana ke pelosok hutan tropis dengan kualitas grafis yang cukup baik.
Namun perlu diketahui juga, jika Just Cause 2 membutuhkan spesifikasi komputer yang tergolong tinggi untuk memaksimalkan kualitas grafisnya. Ketika memainkan game ini pada resolusi 1920 X 1080, detail penuh dengan kartu grafis GTX 275, detikINET mendapatkan Frame per Second (FPS) sekitar 20-an.
Hal ini tentunya sangat mengganggu, terlebih lagi Just Cause 2 sarat dengan aksi pertempuran ataupun suasana keindahan alam yang hanya dapat dinikmati dalam kisaran FPS di atas 30.
Beberapa Aspek Menyebalkan
Selain fungsi Grappling hook yang terlihat berlebihan, game ini juga masih menyematkan beberapa aspek menyebalkan yang diwariskan seri terdahulu. Sebut saja Artificial Intelligence (AI) yang sangat bodoh. Pada adegan tertentu, para tentara yang menyerang pemain hanya berdiam diri sambil menunggu serangan.
Hal itu mungkin belum seberapa jika dibandingkan kualitas suara yang terdengar buruk. Pemain tidak akan mendengar menggelegarnya sebuah ledakan, ataupun desingan peluru yang melesat. Padahal jika lebih diperhatikan, hal tersebut mungkin dapat berimbang dengan aksi yang ditawarkan.
Meski terbilang bukan sebuah game aksi yang mengesankan, namun Just Cause 2 berhasil mengobati kekecewaan gamer pada seri terdahulu. Mulai dari kualitas grafis yang ditingkatkan, aksi pertempuran yang kian beragam, hingga penggunaan bahasa Melayu yang membuat gamer Indonesia akrab dengan game ini.
Kelebihan:
+ Aksi sangat beragam
+ Kualitas grafis tergolong baik
+ Penggunaan bahasa Melayu yang menarik
Kekurangan:
- AI sangat bodoh
- Kualitas suara mengecewakan
Dalam mereview game ini, detikINET menggunakan sistem berbasis: Prosesor Intel Core i7 965, Intel DX580SO, MSI GTX 275, Corsair HX1000W, Corsair Dominator 6GB kit, ASUS VH226, Western Digital VelocyRaptor 300GB dan sistem operasi Windows 7.
Sumber lain yang FIANZONER dapat dari http://www.tempointeraktif.com
TEMPO Interaktif, Jakarta - Mendekati kenyataan, Just Cause 2 merupakan contoh permainan yang mengambil pengalaman seperti kondisi sebenarnya. Anda diajak ke pulau Panau di Asia tenggara, dengan ukuran seribu kilometer persegi. Terjun dari helikopter ke tanah dalam kondisi politik labil, mencari bos lama dan mentor Anda.
Pemain memiliki ketrampilan sejata, bersama teman dalam faksi lokal sebagai intelejan pembantu, akan menemani perburuan. Musuh Anda adalah diktator penindas. Mereka menganggap Anda sebagai tentara bayaran Scorpio. Misi pun dimulai.
Kunci permainan ini adalah kekacauan yang dapat menyebabkan misi anda gagal. Misi sulit karena kondisi Panau berupa hutan tropis, gurun dan bahkan pengunungan salju. Gambaran ini jauh dari realistis, tapi pemandangannya cukup berkesan. Detail tekstur membuat setiap pengaturan menjadi jelas, dan efek-- terutama air-- sungguh unggul.
Selama permainan anda akan dimanjakan dengan berbagai pilihan. Anda bisa memilih berbagai pilihan dari eksplorasi, tindakan misi, ataupun peralatannya. Anda bisa bermain sendiri atau bersama ketika melawan musuh, membombardir, atau mengancurkan aset militer. Setiap pemain biasa mengambil keuntungan dari kemampuan berbeda dan bermain dalam suatu cara mereka sendiri.
Kebebasan ini memiliki sisi negatif. Just Cause 2 terlalu luas, sehingga perjalanan menjadi sangat lama, membosankan, dan mungkin akan terus-menerus teralihkan. Anda juga akan kesulitan akibat banyaknya kontrol, mengandalikan berbagai jenis kendaraan, dan lingkungan game yang berubah-ubah.
Game ini dapat Anda mainkan pada consol PS3, Xbox 360, dan PC. Tapi sayang, pada versi PC Anda harus menggunakan Windows Vista atau Seven (7) karena game ini tidak support untuk Windows XP. Semoga terhibur.
0 comments:
Posting Komentar
Untuk mendukung FIANZONER jangan lupa klik SATU IKLAN saja ya...FIANZONER ucapkan terima kasih atas komentar dan kunjungan Agan :)